WISATA KABUPATEN MUNA


Danau Napabale

Danau Napabale terletak di kaki bukit, dihubungkan ke laut melalui sebuah terowongan alami. Pada saat air laut surut para pengunjung dapat melintasi terowongan tsb. Namun apabila air laut sedang pasang sangat berbahaya untuk berenang karena air laut akan naik sampai ketinggian setengah meter di atas terowongan alam tsb. Danau Napabale tsb. letaknya ± 15 Km dari Raha ibukota Muna.


Danau Motonunu

Danau Motonunu merupakan danau yang jernih dan berwarna biru tua, danau ini juga berhubungan dengan laut dan airnya tidak mengandung garam tapi dapat menyegarkan badan. Danau Motonunu terletak ± 15 Km dari Muna.


Labuan Belanda (Oeng Kapala)

Pada saat perang dunia II pelabuhan ini dijadikan tempat persembunyian kapal Belanda. Tempat tsb. merupakan saksi sejarah bahwa aksi kolonial Belanda tidak hanya bercokol di pulau besar saja. Tempat tsb. telah dijadikan sebagai rute tetap kapal New Zealand, Australia. USA. Setiap tahun bersandar 50 – 70 kapal layar, biasanya pada bulan Agustus dan Oktober. Pelabuhan Belanda ini sekarang merupakan kawasan wisata taman laut yang cukup eksotik dengan ragam biota lautnya dan sangat cocok untuk melakukan diving dan berenang. Pelabuhan ini dapat dicapai sekitar 3 jam dengan menggunakan speed boat dari kota Raha.


Liang Kobori

Adalah dua buah goa besar peninggalan nenek moyang bangsa Muna. Pada dinding goa tsb. bisa disaksikan lukisan dinding yang menggambarkan kehidupan suku Muna pada masa itu seperti perjuangan suku Muna dalam mempertahankan hidupnya yang digambarkan seorang menaiki seekor gajah, gambar matahari, gambar pohon kelapa yang menggambarkan tingkat pertanian suku Muna, gambar binatang ternak seperti sapi, kuda dan lain-lainnya. Walaupun relief atau gambar tsb. terkesan sederhana tetapi kita dapat menangkap arti makna yang jelas yaitu keberadaan suku Muna pada saat itu. Selain gua yang melukiskan relief terdapat pula gua yang didiami oleh burung walet. Gua tsb. mempunyai stalaktit dan stalaknit yang sangat indah dengan warna yang cenderung hitam mengkilap. Apabila kita menyelusuri gua kecil kita akan menyaksikan keindahan batu yang berbentuk bulatan-bulatan berwarna putih. Kawasan gua tsb. sangat cocok untuk rekreasi dan berkemah, berhawa sejuk dengan alamnya yang asli. Jarak menuju obyek ini sekitar satu jam atau sekitar 20 Km dari kota Raha ke arah Timur.


Perkelahian Kuda

Perkelahian Kuda merupakan salah satu atraksi yang terkenal di Sulawesi Tenggara yang hanya terdapat di Raha (pulau Muna). Perkelahian kuda diadakan pada berbagai acara atau perayaan. Penyambutan tamu penting atau melayani permintaan khusus. Seekor kuda betina akan diperebutkan oleh dua ekor kuda jantan sehingga mereka berkelahi untuk mendapatkannya. Perkelahian ini biasanya diadakan di lapangan terbuka.

DANAU NAPABALE

 










LIANG KOBORI

PULAU INDO

   

PERKELAHIAN KUDA




Adat dan Kebudayaan Suku Muna


Tulisan di bawah ini masih dalam tahap pengembangan, tulisan ini sendiri akan membahas terlebih dahulu mengenai asal-usul suku Muna di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Muna pada asalnya dikenal dengan Wuna ( bunga )yang memeberi mana spiritual kepada kejadian alamnya, dimana terdapat gugusan baru yang berbunga seakan-akan batu karang yang ditumbuhi rumput laut. Nama Wuna kini ditukar dengan Muna dan menjadi daerah Propinsih Sulawasi Tenggara, sebagaimana nama asli suku Muna dan Pulau Muna. Namun, kata “Wuna” itu lama kelamaan diucapkan dan ditulis menjadi “Muna” dalam laporan dan bahasa resmi. Wuna dalam bahasa Muna berarti bunga. Disebut begitu karena tidak jauh dari kota Wuna itu terdapat sebuahbukit batu karang yang sewaktu-waktu ditumbuhi sejenis rambut karang menyerupai bunga. Kota Muna terletak sekitar 25 kolometer dari Raha,ibu kota Kabupaten Muna, sekarang.


Suku Muna atau Wuna mendiami Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Dari bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan rambut (keriting/ikal) terlihat bahwa orang Muna asli lebih dekat ke suku-suku Polynesia dan Melanesia di Pasifik dan Australia ketimbang ke Melayu. Hal ini diperkuat dengan kedekatannya dengan tipikal manusianya dan kebudayaan suku-suku di Nusa Tenggara Timur dan Pulau Timor dan Flores umumnya. Motif sarung tenunan di NTT dan Muna sangat mirip yaitu garis-garis horisontal dengan warna-warna dasar seperti kuning, hijau, merah, dan hitam. Bentuk ikat kepala juga memiliki kemiripan satu sama lain.

Orang Muna juga memiliki kemiripan fisik dengan suku Aborigin di Australia. Sejak dahulu hingga sekarang nelayan-nelayan Muna sering mencari ikan atau teripang hingga ke perairan Darwin. Telah beberapa kali Nelayan Muna ditangkap di perairan ini oleh pemerintah Australia. Kebiasaan ini boleh jadi menunjukkan adanya hubungan tradisional antara orang Muna dengan suku asli Australia: Aborigin. Dalam literatur dan juga dalam pergaulan orang Muna lebih dikenal sebagai orang Buton. Hal ini disebabkan karena Kerajaan/Kesultanan Buton, atas bantuan Belanda, mengkooptasi Kerajaan Muna dan mengklaimnya sebagai bagian dari Wilayahnya. Hingga Kerajaan/Kesultanan Buton dibubarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1962, Raja Muna terus melawan Buton dan sekutunya, Belanda, dan tak pernah mengakui klaim tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa penutur bahasa Muna (orang Muna) mendiami sebagian besar wilayah Kerajaan/Kesultanan Buton.


tulisan ini disadur dari 
http://www.teguhsantoso.com

Kabupaten Muna



Kabupaten Muna adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, dengan Ibu kota di Raha. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.887 km2 dan berpenduduk sebanyak 304.753 jiwa (2005).
Di Kabupaten ini terdapat Danau Napabale. Danau ini sangat indah dan tenang, terletak bersebelahan dengan pantai laut lepas, berair asin dan dihubungkan oleh suatu terowongan berpenampang 16 meter persegi dengan laut lepas. Bongkahan-bongkahan batu karang berselimutkan pepohonan hijau mencuat di permukaan air, melingkari sekeliling danau berair asin ini. Di air jernih dan sejuk ini, wisatawan dapat memuaskan hobi berenang. Jika Anda senang berperahu, tukang perahu yang ada di sekitar danau siap mengantar berkeliling menikmati panorama danau, lalu ke pantai laut lepas melalui terowongan karang.
Liang Kobori yang berarti "Gua Bertulis" merupakan sebuah gua dengan lebar 30 meter dan tinggi bervariasi antara 2 sampai dengan 5 meter serta memiliki total kedalaman sekitar 50 merer. Gua ini menyimpan berbagai misteri kehidupan masyarakat prasejarah suku Muna yang tergambar pada 130 situs aneka goresan berwarna merah pada dinding gua bagian dalam. Goresan-goresan tersebut masih tetap terjaga keasliannya, terutama bentuk dan kecemerlangan warnanya yang hingga saat ini masih merupakan sebuah misteri tentang bahan tinta yang digunakan. Misteri peninggalan sejarah ini menandai kedatangan wisatawan yang gemar terhadap penelitian kepurbakalaan serta penjelajahan keaslian alam.
Mungkin Pulau Muna adalah satu-satunya tempat di dunia di mana Anda dapat menyaksikan adu kuda jantan yang memperebutkan kuda betina yang sangat seru dan memukau yang sering dilakukan pada setiap perayaan yang melibatkan masyarakat. Pertarungan diawali dengan menukarkan betina dari masing-masing kuda jantan oleh seorang pawang guna membangkitkan emosi dari masing-masing kuda jantan. Seiring dengan bangkitnya emosi, kedua kuda jantan tersebut saling menerjang dengan kaki depan terangkat, leher tegak, mencari sasaran serangan. Suatu atraksi yang cukup mendebarkan, mencekam, menantang sekaligus menyenangkan. Daiam filosofi suku Muna, atraksi kuda mengandung makna bahwa hak dan tanggung jawab adalah segala-galanya walaupun nyawa jadi taruhannya. Filosofi inilah yang dianut dalam kehidupan masyarakat suku Muna yang secara formal diabadikan pada lambang Daerah Kabupaten Muna.
Kabupaten Muna terkenal dengan Layangan Traditional "Kaghati". Layangan ini terbuat dari bahan-bahan alami yaitu dari daun kolope (ubi hutan), bambu rami dan benang dari serat daun nenas hutan. Untuk menghubungkan bahan satu dengan lainnya digunakan bahan penisik dari kulit bambu yang diruncingkan. Sebagai penyeimbang layangan, digunakan dua bandulan pada kiri kanan sayap layangan menggunakan kayu berukuran keciI. Layangan tradisionai Muna ini telah mendapat peringkat sebagai layangan paling alami. Di tahun 1996 dan 1997, layangan tradisional Muna ikut serta sebagai salah satu peserta pada kompetesi layangan bertaraf internasional.

Sumber : Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia  

weLLcoMe

W E L L C O M E
Muhammad Dharoelz Kaimuddin. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut